Tunggu kemunculan cerita merapu aku yang baru bertajuk 'A Di Nos (Aku Dia dan Nostalgia)' akhir tahun ini...
Memaparkan kisah yang berjiwa remaja...
Selamat Hari Raya Aidilfitri kepada seluruh umat Islam yang menyambutnya.
Pertukaran Belajar mahasiswa Universiti Malaya ke NACTA untuk mempelajari Opera China.
Naskah lagenda yang disuntik dengan pemikiran yang baru.
Mengisahkan kehidupan keluarga Mejar Bersara Abdul Kabir.
Marilah kita bersama-sama berdoa supaya mereka kuat dan tabah menghadapi musuh iaitu Zionis Laknatullah.
Sebagai seorang manusia biasa , tentu kita pernah mengalami perasaan jatuh cinta. Dalam cinta ada tanda-tandanya. Orang cerdik mampu mengenalinya. Dan orang yang cerdas mampu menunjukannya. Dan orang yang sedang dirundung cinta, hanya mampu merasakanya.
Tanda-tanda cinta itu, lahir sebelum api cinta dinyalakan, dan sebelum sumbu cinta dikobarkan. Sesungguhnya, ikatan cinta membutuhkan perjuangan, pengorbanan, dan ketulusan yangluar biasa agar cinta sejati bersemi indah nan kukuh, cinta tak gampang roboh manakala badai datang menerjang.
1. Pandangan mata.
Mata adalah jendela jiwa. Melalui pandangan mata rahasia jiwa dapat terungkap, pesan-pesan jiwa beserta kedalaman isinya bisa disingkap. Betapa sering kau saksikan pandangan orang yang jauh cinta tak akan berpaling dari orang yang dicintainya. Matanya bergerak seiring dengan gerakan orang yang dicintainya. Pandangan mata mengarah pada apa yang dipandang sang kekasih tercinta.
2. Percakapan.
Orang-orang yang sedang jatuh cinta akan selalu melayani percakapan orang yang dicintainya. Ia nyaris tak pernah mau melayani pembicaraan orang lain selain orang yang dicintainya. Ia dengarkan apa yang dikatakan oleh sangh tercinta dengan seksama. Ia iyakan apa yang diucapkan sang tercinta, meski yang dikatakan adalah mustahil belaka. Ia benarkan segala ucapan sang tercinta, meski sebenarnya ucapanya bohong adanya. Ia rela bersaksi palsu demi sang tercinta. Ia setujui apapun yang dimau sang tercinta, meski kemauan itu zalim sesungguhnya. Ia terima begitu saja segala ucapan dan kata-kata sang tercinta.
3. Gerakan tubuh.
Lihatlah! Betapa orang-orang yang seang jatuh cinta segera bergegas menuju tempat orang yang dicintainya. Ia hindari segala kegiatan yang dapat menjauhkan dengan kekasih tercita. Ia jauhi segala ucapan yang bisa merusak hubunganya dengan sang pujaan jiwa. kakinya enggan melangkah manakala perpisahan tiba saatnya.
4. Keraguan dan Kegembiraan.
Ini tergambar dari wajah sang pencinta kala tiba-tiba bertemu dengan sang pujaan jiwa. atau ada kegugupan manakala berpapasan dengan seseorang yang serupa dengan pujaanya. Atau pula adanya getaran getaran hebat manakala mendengar nama sang kekasih tercinta.
5.Mengerjakan segla perbuatan yang bisa dilakukan sang pujaan jiwa.
Cinta telah mengubah orang yang bakhil nan kikir menjadidermawan luar biasa. Cinta mengubah sang pendiam menjadi banyak bicaranya. Cinta telah mengubah sang penakut menjadi seorang pemberani luar biasa. Cinta telah merubah sang buruk perangai menjadi berbudi mulia. Cinta telah merubah si miskin berlagak kaya. Cinta telah mengubah si pandir menjadi beradab begitu saja. Cinta telah mengubah si saleh nan sopan menjadi kegenitan. Cinta telah mengubah sang pecundang menjadi pemenang. Cinta telah merubah sang pengecut menjadi pemberani.
Diantara tanda dan bukti cinta, yang bisa dilihat oleh siapa saja yang memiliki mata, ialah melimpahnya perasaan senang meskipun dalam keadaan sempit, merasa sempit walaupun berada di tyempat yang luas, banyak mengungkapkan isyarat-isyarat yang samar, banyak bersandar ketika duduk, kerap mengelus bagian tubuh mtertentu, dan menyenagi tempat dimana ia baisa bertemu dengan sang kekasih.
6.Tanda-tanda yang sifatnya berlawanan.
Tanda-tanda ini muncul berdasarkan pada adanya dorongan, pengaruh, dan sebab-sebab yang menggerakanya. Ia muncul berdasarkan pada bayangan-bayangan yang melingkupinya. segala sesuatu yang melebihi batasnya akan berbalik berlawanan (180 derajad), dan jika ia telah berada tepat di ujung batas lawanya ia akan berubah menyerupai lawanya itu. Ini merupakan Kodrat dari Allah yang tidak banyak kita fahami. Ini seperti es sebagai contohnya, Jika kau genggam ia dalam tenggat yang lama, ia berubah seolah seperti api. Meski dingin namun terasa panas.
7. Selalu ingin mendengar nama pujaan hatinya.
Ia senang membicarakan pujaan jiwanya. Baginya, sang pujaan jiwa laksana sang surya yang menerangi kehidupanya. Tak ada yang nyaman selain berada di sisinya. Dan tak ada kebosanan untuk selalu berjumpa dngannya. Sesungguhnya cinamu kepada sesuatu akan membuatmu tuli dan buta.
Orang yang dirundung cinta, apabila nama sang pujaan jiwa disebut tatkala ia sedang makan, niscaya makanan itu akan tercekat di tenggorokannya. Apabila nama sang pujaan hatinya disebut tatkala ia sedang minum, Niscaya air yang diminumnya akan berhenti di tenggorokannya. Dan apabila nama sang pujaan jiwanya disebut ketika ia sedang bicara, niscaya semua pembicaraanya akan berhenti begitu saja. Pikiranya melayang dipenuhi bayang-bayang sang pujaan jiwa. apabila berita buruk menimpa sang pujaan jiwa, raut mukanya berubah seketika. Yang tadinya cerah dan lincah akan menjadi murung dan beku.
8. Suka dalam kesendirian.
orang yang sedang jatuh cinta, kala ia sendiri ia merasa merdeka tiada terkira. Ia merasa bebas berkelana, bergerak, dan berjalan ke mana ia suka. Semua ini adalah bukti tak terpungkiri dan kenyataan tak terbantahkan, bahwa ada cinta yang bersemayam di dalam jiwa.
9. Suka begadang.
Orang yang sedang jatuh cinta adalah para penggembala bintang-bintang. Me5reka suka menghitungnya sepanjang malam.
Sesungguhnya orang yang sedang jatuh cinta, akan dirundung kegelisahan bila mengalami salah satu dari dua peristiwa berikut ini: Pertama: manakala ia tengah berharap pertemuan dengan sang pujaan, tiba-tiba ada kejadian yang menghalangi terjadinya pertemuan. Kedua: manakala terjadi pertikaian hebat yang tak berujung pangkal diantara mereka (orang-orang yang sedang jatuh cinta), Ketika pertikaian terjadi, kegelisahan akan memuncak, hingga akhirnyamereda sendiri. Dan ketika pertikaian telah usai atau reda, mereka akan saling memaafkan dengan legawa.
Diantara ujian cinta, ialah munculnya kegelisahan dan kegundahan yang maha dahsyat manakala sang pujaan jiwa mulai berpaling. Sesungguhnya orang-orang yang sedang jatuh cinta akan mencintai keluarga pujaanya, kerabat pujaanya, dan karib-karib pujaanya melebihi cintanya pada keluarga, kerabat, dan karibnya sendiri.
10. Menangispun termasuk tanda-tanda cinta.
Pernahkah seorang yang dirundung cinta menangis karena rindu inginbertemu dengan sang pujaan jiwa? Pernahkah orang yang sedang dirundung cinta menangis karena cintanya diterima?
Orang yang sedang jatuh cinta, manakala kurang mempercayai ketulusan cinta pujaanya, ia akan terus mengawasi gerak-gerik pujaanya. Ini jauh berbeda jauh dari kebiasaanya sebelum jatuh cinta. Orang yang sedang jatuh cinta juga gemar memperhalus kata-kata yang diucapkanya dan membagus-baguskan perangai berikut penampilan lahirnya.
11. Munculnya kepedulian terhadap orang yang dicintainya.
Ialah munculnya kepedulian ekstra terhadap orang yan g dicintainya. Orang yang sedang jatuh cinta sangat perhatian terhadap segala kejadian yang menimpa pujaanya. Ia cari kabar tentangnya. Ia ikutim setiap gerak-geriknya sehingga tak ada barang sedetikpun dari waktu yang dimiliki sang pujaan tercinta yang luput dari amatanya. tak ada berita yang terlewatkan.
Jika kamu ditanya seseorang "apakah kamu mencintainya?" lalu kamu menjawab "ya", lalu ditanya lagi "karena apa kamu mencintainya?" lalu kamu tidak bisa menjawab dengan mengungkapkan dengan kata-kata dan hanya bisa menjawab dengan senyuman, itulah cinta sejati. Cinta tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. jika cintamu pada seseorang dapat kau jelaskan dengan kata-kata, maka kau tidak memahami cinta itu sendiri.
Begitulah tanda-tanda cinta.SYAIKH UMAR TILMISANI
(Mursyid III Ikhwanul Muslimin, 1322 – 1406 H / 1904 – 1986 M)
1. “Kekerasan dan cita - cita untuk mengalahkan orang lain tidak pernah menemukan jalan untuk masuk ke dalam akhlakku. Kerana itu, saya tidak bermusuhan dengan sesiapa pun, kecuali dalam rangka membela kebenaran atau mengajak menerapkan Kitab Allah Ta’ala. Kalaupun ada permusuhan, maka itu berasal dari pihak mereka, bukan dariku. Saya menyumpah diriku untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata – kata kasar, meskipun saya tidak setuju dengan kebijaksanaannya, atau bahkan ia menyakitiku. Kerana itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku dengan seseorang kerana masalah peribadi.” m/s 3
2. “Saya tidak pernah takut kepada sesiapa pun selama hidupku, kecuali kepada Allah Ta’ala. Tidak ada dapat menghalangiku mengucapkan kebenaran yang saya yakini, meskipun orang lain merasa berat dan saya mendapat kesusahan kerananya. Saya katakan apa yang kuyakini dengan tenang, mantap, dan sopan, agar tidak menyakiti pendengaran atau melukai perasaannya. Saya juga berusaha menjauhi kata – kata yang mungkin tidak disukai lawan bicaraku. Dengan cara seperti itu, saya mendapat ketenangan jiwa. Andai cara ini tidak dapat merekrut banyak kawan, maka minimum menjagaku dari kejahatan lawan.” m/s 6
3. Ustaz Tilmisani berdiri menjawab tuduhan Anwar Sadat , “Siapa pun yang berlaku zalim kepadaku, maka biasanya saya laporkan (adukan) kepada Anda. Kerana Anda rujukan tertinggi –setelah Allah Ta’ala– buat orang – orang yang mengadu. Sekarang, kezaliman itu datang dari Anda, kerana itu saya adukan Anda kepada Allah Ta’ala..” m/s 6
4. “Saya tidak mengadukan Anda kepada pihak yang zalim, tapi kepada Dzat Yang Maha Adil. Dia – lah yang mengetahui segala yang saya katakan!” m/s 6
5. Syaikh Umar Tilmisani berwasiat, “Muslim tidak mengenal istilah ‘agama milik Allah Ta’ala dan tanah air milik semua orang.” Setiap muslim meyakini segala yang ada di alam ini milik Allah Ta’ala semata – mata. Siapa yang berusaha mengubah makna ini, ia penipu yang ingin mencabut sumber kekuatan Negara, agar mudah diragut dan ditelan. m/s 8
6. Ustaz Umar Tilmisani pulang ke Rahmatullah hari Rabu, 13 Ramadhan 1406, bertepatan dengan tanggal 22 Mei 1986 di rumah sakit, kerana menderita sakit, dalam usia hampi 82 tahun. m/s 12
MUHAMMAD KAMALUDDIN AS – SANANIRI
(Dai dan Mujahid, 1336 – 1401 H / 1918 – 1981 M)
1. Lahir di Kairo tanggal 11 Mac 1918 m/s 75
2. “Ketidaktahuan rakyat pada hakikat Islam akan menjadi halangan bagi kalian. Ulama rasmi yang merayu pada penguasa akan memusuhi kalian. Setiap pemerintah berusaha membatasi aktiviti dan memasang gangguan di jalan yang kalian tempuh. Mereka mereka akan meminta bantuan dengan menjilat orang – orang yang berjiwa lemah dan berhati sakit. Sebaliknya, akan berlaku kasar dan marah kepada kalian. Kerana itu, kalian akan dipenjara, disiksa, diusir, rumah – rumah kalian digeledah, harta kalian dirampas, dan tuduhan keji dilontarkan pada kalian, dengan harapan yang kuat kalian hilang. Mungkin, ujian seperti ini berlangsung lama. Sedarilah, saat itulah kalian baru mulai mengikut jejak jalan yang telah ditempuh para mujahid...” m/s 76
3. Dia ditangkap bulan Oktober 1954 dan dibebaskan dari tahanan pada Januari 1973. m/s 78
4. Ketika sang ibu yang telah berusia tujuh puluhan itu menangis dan memintanya mengajukan permintaan maaf kepada pemerintah, dia menjawab dengan lembut, “Bagaimana nasibku di hadapan Allah, apabila saya mengirim surat ini pada Abdun Naser, kemudian saya mati? Apakah ibu redha saya mati dalam keadaan musyrik? ” m/s 78
5. Dia mendapatkan siksaan keji, hingga salah satu telinganya cedera. Keluar dari penjara dia memuji Allah kerana telinganya yang cedera dapat mendengar lebih baik daripada yang tidak cedera. m/s 79
6. Tubuh Muhammad Kamaluddin As – Sananiri sangat kurus, hingga pakaiannya menjadi longgar. Thaghut Mesir mencukur rambut dan janggutnya, membuka rahangnya dan mencederakan telinganya, hingga sang ibu tetap bersikap keras bahawa yang disidang bukan anaknya, Muhammad Kamaluddin As – Sananiri. m/s 79
7. Muhammad Kamaluddin As – Sananiri melangsungkan pernikahan dengan wanita mulia, Aminah Quthb. Kedua – duanya baru dapat berkumpul bersama setelah Muhammad Kamaluddin As – Sananiri keluar dari penjara tahun 1973. m/s 79
8. Saat itu, salah seorang putera yang berusia dua tahun meninggal dunia kerana kecelakaan. Dia selalu bersama ayah si putera itu dan menyertai kesedihannya. Seolah – olah, dia sendiri yang mendapat musibah itu. m/s 82
9. Akhinya, dia menghembuskan nafas terakhirnya sebagai syahid sejati, Insya Allah, tanggal 8 November 1981. m/s 82
10. “Kamal As – Sananiri menjalani menjalani hidupnya di penjara Abdun Naser selama 19 tahun lebih. Selama itu dia tidak memakai pakaian, kecuali pemberian dari penjara yang kasar. Bahkan pakaian dalam yang boleh dibeli para tahanan dari kedai penjara pun ditolak. Bukan kerana sedikit wang untuk membeli, namun dia enggan menggunakan hal – hal yang dijadikan para polis s.b sebagai alat untuk merayu dan mengancam. Dia lebih mengutamakan menjauhi hal – hal yang mungkin dapat dilarang, agar mereka tidak mampu memaksanya sedikit pun. Peribadinya yang zuhud dan keteguhannya benar – benar membuat kami kagum. Kami biasanya mengambil nafas dalam saat memikul kesulitan dalam menempuh jalan panjang yang ditakdirkan Allah. Tetapi bagi As – Sananiri, menahan nafas itu lebih mudah daripada menggerakkan jari. Sungguh, dia tidak merasakan kesedihan yang sebenarnya mengundang belas kasihan.” m/s 83
11. Di tangan manusia – manusia hina yang mengerahkan tenaga dan potensinya untuk memerangi Islam dan menyiksa dai di banyak tempat. Terutama, dai di negeri Kinanah (Mesir) yang mendapat tempat ujian secara berturut – turut. Pertama, ujian tahun 1948/1949 tatkala Imam Asy – Syahid Hasan Al – Banna dibunuh dan mujahidin Palestin dimasukkan ke penjara Ath – Thur. Kedua, ujian tahun 1954 yang meragut nyawa syuhada yang antara lain, Muhammad Farghali, Abdul Qadir Audah, Yusuf Thal’at, Ibrahim Thayyib, Hendawi Duair, Mahmud Abdullathif, dan puluhan, bahkan ratusan orang dipenjara di Liman Thurah, penjara militer Qal’ah, Abu Za’bal, dan lainnya. Ketiga, ujian tahun 1965 yang menyebabkan syahidnya Sayyid Quthb, Abdul Fatah Ismail, Muhammad Yusuf Hawwasy, dan anggota – anggota Ikhwan mulia lainnya. Keempat, ujian tahun 1981, iaitu bencana buah karya orang – orang yang menjual negara dan bangsa kepada Yahudi dan Amerika, menutup mulut, menutup masjid, membubarkan organisasi, mengekang media massa, mengunci mimbar, membuka penjara untuk dai, orang tua, pemuda, bahkan wanita dan anak – anak. Mereka bekerjasama dengan syaitan untuk menyiksa kaum mukminin dan wali – wali Allah yang tidak mahu menundukkan punggung kepada selain Allah, merasa tinggi dengan iman, dan mengutamakan apa yang ada di sisi Allah. m/s 84
MUHYIDDIN AL – QULAIBI
(Pemimpin dan Mujahid, 1318 – 1374 H / 1901 – 1954 M)
1. Penampilan Ustaz Muhyiddin Al – Qulaibi sangat sederhana. Ketika Alakh dari Suriah yang ditugaskan menemaninya mencadangkan dia memakai pakaian baru untuk menemui perdana menteri, dia menjawab dengan nada marah, “Kita tidak menemui manusia dengan pakaian, tetapi dengan jiwa kita. Laki – laki itu diukur dengan pengalamannya, bukan dengan penampilannya.” Alakh itu pun diam dan mengucapkan syair,
Apabila jiwa seseorang besar, maka fisik kelelahan mengikutinya m/s 101
2. Muhyiddin Al – Qulaibi juga mengingatkan mereka untuk tidak mempedulikan orang – orang yang enggan berjuang, atau para pengacau. Sebab, hakikat kehidupan itu pertarungan antara hak dan batil, antara kekafiran dengan keimanan. Tunggulah, pada akhirnya Islam pasti menang. Kaum muslimin mengalami kekalahan, jika meninggalkan manhaj Allah dan Rasul – Nya. Sunnatullah pasti terus berlaku dan tidak mengenal pilih kasih. Siapa menanam, dia pasti mendapat hasilnya. Siapa bersungguh – sungguh, dia bertemu harapannya. Siapa yang berjalan, dia pasti sampai di tempat yang ditujuinya. m/s 102
3. Para pemuda harus selalu menyiapkan diri dan bekalan. Musuh Allah tidak pernah berhenti memerangi Islam dan kaum muslimin, hingga kaum muslimin meninggalkan Islam dan mengikuti keinginan mereka.
“Mereka tidak henti – hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” ( Al – Baqarah : 217 )
Waspadalah wahai pemuda Islam. Kalian harapan umat, maka jangan kecewakan harapan mereka. Jadilah tokoh masa depan yang cemerlang dan bekal umat dalam menghadapi ancaman. Pembawa amanah dakwah. m/s 102
4. Muhyiddin Al – Qulaibi memiliki pandangan keislaman yang murni. Suatu ketika, dia berbicara di depan massa besar, di gedung serbaguna milik organisasi ternama di Damaskus, bertepatan dengan dibubarkannya Ikhwanul Muslimin Mesir, tahun 1954. Saat itu, dia mengumumkan ketidaksetujuannya dengan ungkapan, “Ini masalah dalaman yang hanya dibicarakan oleh orang Mesir.” Dia tidak mengakui batas – batas negara dan bahawa di antara kaum muslimin. Dia hanya menyakini satu tanah air, iaitu agama, bukan tanah air fanatisme dan tanah liat. m/s 104
5. Saya mengunjungi Muhyiddin Al – Qulaibi di rumah Kamil At – Tunisi. Saat itu, dia sakit, terbaring di tempat tidur, sekujur tubuhnya bengkak, wajahnya pucat, dan kelihatan sangat lelah. Beberapa hari selepas itu, saya bertemu Mursyid ‘Am Hasan Hudhaibi di kunjungannya ke Suriah tahun 1954. Hasan Al – Hudhaibi bertanya kepadaku, “Bagaimana keadaan Ustaz Al – Qulaibi?” Setelah saya ceritakan keadaan Ustaz Al – Qulaibi, Hasan Al – Hudhaibi berkata kepadaku, “Apabila kamu kembali ke Damaskus, sampaikan salamku kepadanya, dan pesanku bahawa kaum muslimin ingin Anda menjaga kesihatan” m/s 104
6. Saya mengunjunginya di Rumah Sakit Bedah Duma, kerana sakitnya bertambah parah. Saat itu, saya menyampaikan salam dan pesan Mursyid Hasan Al – Hudhaibi. Dia bertanya, “Apa pesannya?”
Saya menjawab, “dia mengatakan kepadamu bahwa kaum muslimin sekarang menghendakimu menjaga kesihatan dan menghentikan aktiviti. Mendengar itu, dia berkata, “Apa manfaat hidup dan kesihatanku, jika tidak ku gunakan untuk memenuhi hak Allah dan melaksanakan kewajipanku? Saya hidup untuk beramal di jalan Allah. Kerana itu, saya tidak akan meninggalkan amal demi hidup.” Setelah itu, dia berkata dengan mantap dan air mata mengalir di pipinya, “Saya merasa ajalku telah dekat. Sementara ada beberapa hal yang ingin ku katakan dan lakukan buat kaum muslimin. Mungkin, tiada waktu yang cukup untuk menunggunya. Kerana itu, saya harus memaksa diriku, demi mewujudkan apa yang ku inginkan, sebelum ajalku datang. Saya tidak akan berhenti melayani aqidahku, kerana mempertahankan tubuh yang akan binasa ini dan tidak akan mengutamakan keselamatanku daripada penunaian risalahku. Apabila saya terbunuh, kerananya, saya ucapkan selamat datang kematian demi taat kepada Allah.” m/s 104 – 105
MALIK BIN NABI
(Tokoh Peradaban Islam abad ke – 20, 1323 – 1393 H / 1905 – 1937 M)
1. Dia mendaftar di Universiti Listrik. Tahun 1935, dia lulus dari Paris dengan gelar jurutera. m/s 199
2. Ustaz Malik bin Nabi pemikir istimewa yang menggunakan akal untuk mengokohkan wahyu. m/s 199
3. Tema – tema buku Malik bin Nabi memberikan pemahaman kepada pemuda tentang penjajah barat yang mengjangkangi dunia Islam dan cara – cara mereka menghina bangsa muslim. Juga, pemahaman tentang kebangkitan, syarat – syaratnya, peradaban Barat, cara menghadapinya, dan keperibadian muslim beserta ciri – cirinya. m/s 201
4. Setelah selesai pengajiannya dan mendapat ijazah, pintu – pintu kerja seolah – olah tertutup bagi Malik bin Nabi. Dia merasa keteguhannya memegang aqidah menjadi penghalang baginya untuk mencapai kedudukan tinggi sebagai jurutera dan ilmuan. Itu semua tidak melemahkan keyakinannya sedikit pun. Dia hadapi dengan keyakinan dan redha, untuk menjaga diri agar tidak dikuasai hawa nafsu yang menyesatkan.
Penjajah berupaya memujuknya dan mengancamnya, bahkan memecat ayahnya dari pekerjaan. Keadaan ini memaksanya meninggalkan kawasan yang sudah terwarnai dakwah Ibnu Badis, untuk berdomilisi di Makkah Al – Mukarramah. Lalu, pindah ke Mesir dan menerbitkan buku Ensiklopedia Peradaban, yang terdiri dari 17 buku lebih. Buku berbahasa Perancis ini diterjemahkan ke bahasa Arab oleh Dr. abdush Shabur Syahin.
Beberapa saat setelah berinteraksi dengan kaum muslimin di Makkah dan Kairo, Malik bin Nabi mahir berbahasa Arab. Sejak itu, ia mulai menulis dengan menggunakan bahasa Arab untuk mengungkap krisis hebat yang menimpa kaum mukminin, yang teguh menghadapi bujukan. m/s 203 – 204
ABDUR RAHMAN ALI AL – JAUDAR (ABU AHMAD)
(Pengantar Ikhwan dari Bahrain, 1342 – 1410 H / 1922 – 1989 M)
1. Setelah tamat sekolah rendah dan menengah di Bahrain, dia pergi ke Mesir untuk kuliah di Fakulti Industri, tahun 1946. Dia mahasiswa Bahrain pertama yang bertemu Imam Asy – Syahid Hasan Al – Banna, terkesan kepadanya dan murid – muridnya. Dia juga mengkagumi manhaj dan cara dakwahnya, dia lalu bergabung dengan aktivis Ikwanul Muslimin di Mesir. m/s 233
2. Di dalam buku Ma’al Harakatil Islamiyah Fid Dualil ‘Arabiyah, Ustaz Abdullah Abu Izzah berkata,
“Al – Akh Abdur Rahman Al – Jaudar orang yang paling aktif dan banyak amal serta dakwahnya, meskipun banyak tanggung jawab yang dipikulnya. Dia suami, ayah beberapa anak laki – laki dan wanita, ketua sekolah ibtida’iyah di desa Irad, sementara rumahnya di kota Mihraq. Di antara aktivitinya yang menonjol ialah keupayaannya mengumpul ahli Ikhwan untuk mengadakan pertemuan. Dia infakkan keretanya dan memandunya sendiri, kemudian setelah Isya’ menjemput Ikhwan dari rumah – rumah mereka yang tersebar di empat kota dan kampung di Bahrain. Apabil pertemuan selesai, dia menghantar mereka ke rumah masing – masing. Jarang sekali dia membiarkan mereka pulang sendiri.” m/s 234
Di antara ikhwan yang tegar dan pantang menyerah ialah Al – Akh Abdur Rahman Al – Jaudar. Itulah sangkaan saya dan Allah yang mengetahui hakikatnya. m/s 237
AMJAD AZ – ZAHAWI
(Syaikh Istimewa, “Wajah Sahabat Nabi”, 1300 – 1387 H / 1883 – 1967 M)
Amjad Az – Zahawi sering menanyakan nama – nama kami, meskipun sudah sering kami memberitahu kepadanya. Padahal, kalau menyebut persoalan ilmiah, seolah – olah dia tidak kenal lupa. Sehingga pendengar atau penanya kagum dengan ilmunya yang luas dan mengalir deras. m/s 279
Pelopor demo adalah para pelajar tingkat menengah keagamaan dan mahasiswa Fakulti Syariah di Al – A’zhamiyah. Antara lain Ibrahim Munir, Nu’man As – Samra’i, Yusuf Al – ‘Azham, dan lain – lain. Mereka mengobarkan semangat rakyat. Maka, terjadilah perselisihan dengan kekuatan penguasa dan kaki tangan penjajah. Akhirnya, sebahagian daripada mereka ditangkap, syahid, terluka, dikeluarkan dari sekolah, atau dipecat dari pekerjaannya. Meskipun demikian, semangat mereka tidak kendur dan tekad mereka tidak lemah. Bahkan, kemarahan semakin menyebar ke seluruh penjuru negeri, hingga umat bangkit menuntut pembubaran pemerintah yang menjadi kaki tangan penjajah. Akhirnya, pemerintah tumbang dan perjanjian dengan Inggeris di batalkan dengan kehendak rakyat. m/s 280
Dalam suasana genting ini, Syaikh Amjad Az – Zahawi berusaha menasihati Abdul Karim Qasim. Amjad Az – Zahawi dua kali bertemu dan menyampaikan peringatan keras kepada Abdul Karim Qasim di pejabat pusat pemerintahan. Tapi, Abdul Karim Qasim berkepala batu, menutup telinga, bermaharajalela dalam kesesatannya. Lalu, Syaikh Amjad Az – Zahawi memutuskan untuk berangkat ke Madinah bersama isteri, puteranya Muhammad Said, dan anak puterinya Nahal. Dia menetap di sana selama satu setengah tahun. Tidak berapa lama, Syaikh Ash – Shawwaf keluar dari Iraq melalui Suriah dan menetap di Arab Saudi hingga wafat. Sementara Amjad Az – Zahawi kembali lagi ke Iraq.
Beberapa saat sebelum wafat, Amjad Az – Zahawi berkunjung ke Kuwait, sehingga saya dan rakan – rakan, antara lain Abdullah Al – Muthawwi’, Abdul Wahid Aman, Umar Ad – Dail, dan lain – lain, bertemu dengannya. Setelah itu, dia pergi ke Iraq, dan kami tidak jumpa lagi dengannya di dunia. Dia wafat di Baghdad, tahun 1967. m/s 281 – 282
Syaikh Abdul Aziz Al – Badri berkata, “Syaikh Amjad Az – Zahawi, Islam yang berjalan dimuka bumi. Setiap orang yang melihatnya, pasti teringat pada Allah Ta’ala. Dia memberi kurnia kepadanya, berupa keutamaan, kemuliaan, kewibawaan, dan ketenangan.” m/s 282 – 283
Suatu hari, Baghdad digemparkan demo yang diikuti pemuda – pemuda dari berbagai aliran politik. Demo berakhir dengan penangkapan dan pemeriksaan beberapa orang dari mereka. Maka, Syaikh Amjad Az – Zahawi menghubungi Faishal Afandi agar membebaskan pemuda yang ibunya menemuinya di depan pintu masjid untuk meminta puteranya dibebaskan.
Raja yang masih muda itu bertanya kepada Syaikh Amjad Az – Zahawi dengan tawadhu’ dan sopan, “Pemuda mana yang ingin Syaikh bebaskan?”
Ulama mulia ini menjawab, “Wahai puteraku, mereka semua anak – anakku. Semoga Allah Ta’ala meredhai!!”
Akhirnya, seluruh pemuda dibebaskan; baik aktivis Islam, kebangsaan, mahupun marxis (penganut ajaran Karl Marx), sebagai penghormatan raja kepada ulama yang mulia.”
setiap kita harus menuangkan air, meski sedikit
untuk memadamkan api semampunya
tanpa menunggu orang lain”
Ungkapan indah ini dijadikan pembakar semangat gerakan HAMAS. Semoga Allah Ta’ala merahmati Syaikh kita, memberinya sebaik – baik balasan atas segala jasanya, dan mengumpulkan kita dengannya di Syurga bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin. Mereka sebaik – baik teman. m/s 288
ABUL A’LA AL – MAUDUDI
(Al – Muslim Al – ‘Azhim yang Cerdas, 1321 – 1399 H / 1903 – 1979 M)
Dr. Muhammad Iqbal memuji buku Al – Jihad fil Islam dan menasihati pemuda Islam agar memilikinya. Buku ini disusun Abul A’la Al – Maududi untuk meresponkan harapan Muhammad Ali Jauhar yang mengatakan, “Semoga ada seseorang yang membantah kebohongan orang – orang Hindu tentang Islam.”
Pada tahun 1941, saat itulah dilakukan lounching organisasi Jamaah Islamiyah dan Abul A’la Al – Maududi terpilih mnejadi pemimpin pertamanya.
Ketika terjadinya pembahagian India, tahun 1947, Abul A’la Al – Maududi berpindah ke Pakistan. Pemerintah Pakistan merasa terkepung, lalu menangkapnya dan memasukkannya ke penjara bersama beberapa orang pengikutnya. 20 bulan meringkuk di penjara.
Tahun 1953, Abul A’la Al – Maududi dijatuhi hukuman mati. Dia menerimanya dengan sabar dan berani. Pemerintahan tentera Pakistan yang diktator terpaksa mencabut hukuman, kerana kuatnya permohanan yang diajukan Abul A’la Al – Maududi, ditambah dengan campur tangan ulama Islam, tuntutan kaum muslimin Pakistan dan dunia Islam.
“Apa yang tertulis di buku Ma’alim Fith Thariq, sama seperti pendapatku. Bahkan, seolah – olah sayalah yang menulis buku itu. Sungguh, Sayyid Quthb mengutarakan pemikiranku dengan cermat.”
“Pemerintah tidak menemukan alasan untuk melemparkan tuduhan. Lalu, membuat pembohongan agar dapat mencemarkan nama baik Jamaah Islamiyah. Syaikh Abul A’la Al – Maududi menentang penggunaan senjata dalam dakwah. Generasi muda berkali – kali meminta diperbolehkan menggunakan kekuatan untuk melawan musuh – musuh Jamaah Islamiyah yang menggunakan kekerasan. Tapi, dia menolak. Sebab, bila Islam belum berbentuk pemerintahan, maka penggunaan senjata merupakan sikap bunuh diri. Dia mengemukakan argumen bahawa saat berada di Makkah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mengizinkan sahabat menggunakan kekuatan untuk melawan orang – orang yang menyiksa mereka. Penggunaan kekuatan senjata tidak diperbolehkan, kecuali setelah pindah ke Madinah Al – Munawwarah dan terbentuknya negara Islam.” m/s 297
DR. SA’ID RAMADHAN (ABU AIMAN)
(Menantu yang Lembut Hati, 1345 – 1416 H / 1926 – 1995 M)
Ustaz Sa’id Ramadhan berdiri mengajukan tuntutan dengan keberanian yang luar biasa. Dia menyampaikan tuntutannya dalam bentuk pidato mengesankan. Dia mulai dengan menyebutkan kisah penciptaan dan keluarnya Adam dari Syurga, pertarungan antara hak dan batil, kebaikan dan kejahatan, ajaran Nabi dengan pujukan syaitan. Dia menyebutkan khilafah Islam mulai dari masa mudanya, masa tuanya, hingga penyerbuan Tartar dan serangan Salibisme. Dia ungkapkan gerakan Salibis Eropah di abad 19, penjajah Eropah atas negara – negara Islam, konspirasi Salibisme dan Yahudi terhadap dunia Islam. Juga menyebutkan kesediaan Ikhwanul Muslimin dalam menghadapi bahaya dan semangat jihad mereka dalam membela umat. Semua penjelasan disertai dalil – dalil daripada Al – Qur’an dan As – Sunnah.
Suasana mahkamah pun berubah menjadi suasana keagamaan yang meluluhkan hati dan membangun kekhusyukan. Seolah – olah, penceramah dan pendengar lupa mereka berada di mahkamah, tetapi berada di sebuah pengajian. Ini menunjukkan kekuatan iman pengacara dan pengaruh gerakan Ikhwanul Muslimin pada dirinya.
Dia menasihati para hakim agar berlaku adil dan kasih sayang, dengan menggerakkan keimanan dan rasa beragama di jiwa mereka yang notabene muslim. Dia berwasiat kepada para tertuduh, agar istiqamah dan sabar, lalu membaca ayat – ayat dan hadis – hadis berkenaan dengan hal tersebut. Air mata hadirin pun bercucuran, bahkan terdengar tangisan dari sebahagian sudut ruangan, terutamanya wanita. Kami sangat terkesan dengan peristiwa tersebut. m/s 308 – 309
AHMAD AL – BAS (ABDUL HAMID)
(Dai Mulia, 25 tahun di penjara, 1335 – 1412 H / 1915 – 1992 M)
Tahun 1965, 4,500 anggota Ikhwanul Muslimin ditangkap. 500 orang antara mereka dijatuhi hukuman mati dan penahanan seumur hidup ditambah lagi kerja berat (kerja paksa). Sedang sisanya menringkuk di penjara dan rumah tahanan selama bertahun – tahun. Puluhan, bahkan ratusan orang dari para tahanan ini syahid, kerana penyiksaan dan pembunuhan. Pemimpin Ikhwan menghadapi semua itu, dengan sabar dan teguh, hingga roh dipisahkan dari jasad menghadap Allah Ta’ala. m/s 316 - 317
Ustaz Haji Ahmad Al – Bas menceritakan sebahagian pengalamannya di penjara, “Saya dimasukkan ke penjara pada waktu isya’. Saya dipanggil untuk diperiksa Perwira Ahmad Shalih Daud. Ketika itu, saya didudukkan di bawah kakinya. Saya diperintahkan melepaskan seluruh pakaianku dan meniarap di lantai. Setelah itu, sekujur tubuhku dipukul secara bertubi – tubi. Mereka mengambil papan kayu dan mengikatku di atasnya. Mereka mengukir punggungku dengan cemeti. Mereka menggoreskan parang – parang panas ke sekujur tubuhku, hingga parang – parang itu dingin. Setiap kali parang dingin, mereka memanaskannya semula. Itu terjadi secara berulang – ulang, hingga saya tidak lagi merasakan panasnya dan hanya mendengar suara gemuruh ketika parang menyentuh punggung, leher dan belakangku. Penyiksaan ini berlangsung sepanjang malam. Pada hari lain, mereka menyuruh kami keluar dari sel penjara, menuju lantai bawah, naik lagi dengan lari cepat. Begitulah, kami disuruh naik turun dengan cepat, disertai pukulan cemeti. Bahagian atas tubuhku telanjang tanpa baju, kerana saya tidak sanggup lagi memakai apa – apa kain lagi, sebab selalu lekat dengan luka – lukaku. Suatu hari, ketika kami naik tangga, salah seorang Ikhwan menyangka saya sedang memakai baju, lantas dia bergayut di punggungku, agar dapat ikut naik bersamaku. Akibatnya, kulitku, dari leher hingga ke bawah, mengelupas akibat cengkaman tangannya. Itu mudah terjadi, kerana ada bisul di bawah sekujur kulit punggungku, hingga tulang punggungku terlihat. Melihat itu, salah seorang doktor Ikhwan yang ikut dipenjara bersama kami memberi pertolongan kepadaku. Ikhwan itu menyuruhku tidur meniarap, lalu dia mengembalikan kulit punggungku ke tempatnya semula, sebelum itu dia membersihkan nanah dahulu. Doktor itu berkata kepadaku, “Allah menyelamatkanmu dari kematian, kerana ketika mengembalikan kulit ini ke tempatnya semula, saya membersihkan nanah dan bisul dahulu. Seandainya bisul ini bertahan sehari lagi, nescaya sampai ke dadamu dan engkau akan mati. Jadi, cengkaman tangan saudaramu di kulit punggungmu itu rahmat dari Allah untukmu.” m/s 317 – 318
Begitulah, dai sabar ini menghabiskan seperempat abad usianya dengan berpindah – randah dari satu penjara ke satu penjara lain, dari satu penyiksaan menuju ke penyiksaan lain. Itu semua siksa dunia dan semata – mata ujian dari dari Allah terhadap hambanya yang beriman. Baginya, siksaan itu untuk memisahkan antara yang kotor dari yang baik. Inilah sunnah Allah terhadap hamba – hambanya yang beriman.
“Alif laam miim. Apakah manusia mengira mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al – Ankabut: 1 – 2).
m/s 318 – 319
Mengenai peribadi Ahmad Al – Bas, Ustaz Abbas As – Sisi berkata, “Ahmad Al – Bas mengiringi gerakan dakwah yang berkembang luas ke daerah – daerah dan kota, lebih dari 50 tahun dan separuhnya dia jalani di penjara. Dia dekat Imam Hasan Al – Banna. Kerana itu, dia dapat menyerap akhlak dan adabnya, memahami sasaran dan tujuan yang dibawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta.
Dia pandai bertutur kata, hingga banyak pemuda yang menggeruninya, untuk mendengarkan penuturannya, dengan khusyuk dan rindu. Wajahnya tampan berseri, pola fikirannya cemerlang dan menakjubkan, untaian katanya indah dan menyenangkan, sesuai dengan karakter pedesaan yang jernih. Dengan tutur kata lembut, dia menembus indera batin dan membangunkannya dengan lembut. Dia memiliki kebesaran hati yang dapat mencakup perasaan Ikhwan. Dia mengambil simpati generasi muda, dengan cara menurunkan diri pada daya intelektual dan spiritual anak muda, kemudian mengangkat dan meninggikannya menuju daya syar’i, yang bersumber dari sistem Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia berparsitipasi dan menyejahterakan masyarakat umum, dengan member layanan dan meringankan kewajipan yang menjadi tanggung jawab mereka. Dia menyebarkan cinta dan persaudaraan di hati dan jiwa semua orang.
Di hati Ikhwan, terutamanya kaum muda dan mahasiswa, Haji Ahmad Al – Bas punya posisi terhormat dan kedudukan sebagai seorang ayah, pengarah, saudara dan pendidik. Mereka amat mencintainya, menyambut arahan tarbawiyahnya tanpa ragu sedikit pun, dan menjadikannya teladan terbaik, hingga mampu mendorong mereka berbaur dalam khalifah dakwah dengan semangat dan motivasi. Dakwah cita – cita yang selalu dia fikirkan siang dan malam. Permasalahan Islam dan kaum muslimin kesibukan utamanya. Dia mendapatkan anugerah Allah, berupa isteri solehah, pendidik teladan yang menjadi sandaran kuat baginya. Isterinya senantiasa menguatkan semangat dan mendukung sistem Ikhwanul Muslimin. Pelayanan isterinya kepada aktivis dakwah tidak lebih sedikit daripada perhatiannya kepada anak – anaknya sendiri. Berkat taufiq Allah, dia sanggup menumbuhkan dan mendidik mereka dengan baik, sesuai prinsip Ikhwanul Muslimin. Mereka menjadi anak – anak yang menyejukkan mata kedua orang tua, kerana kebajikan, kesetiaan, dan keteguhan mereka. m/s 320 – 321
Ustaz Ahmad Al – Bas menuturkan, “Allah mentakdirkanku masuk penjara, kerana keterlibatanku di Jamaah Ikhwanul Muslimin, setelah 10 tahun pernikahanku. Saya keluar dari penjara setelah melewati masa yang sangat lama, dalam keadaan jauh daripada isteri dan anak – anak. Saya mendapati isteriku dalam keadaan yang paling menyenangkan sebagai isteri. Saya juga mendapati anak – anakku dalam keadaan yang paling baik di sisi akhlak, ilmu, dan etika. Allah menghendaki ujian yang saya alami ini membawa kemuliaan dan kehormatan. Dengan iman yang kuat, isteriku sanggup menghadapi rasa lapar dan sakit, mengharungi perjalanan berat, mengatasi kesedihan dan penderitaan, mengerahkan berbagai upaya sendirian di tengah tribulasi panjang, dahsyat dan besar, jauh dari pendengaran dan penglihatan orang lain.” m/s 321 – 322
Ustaz Ahmad Al – Bas kirim surat kepada puteranya, Dr. Abdul Hamid, guna memberitahukan berita kematian ibunya, “Barangkali engkau masih ingat ketika engkau melawatku di penjara. Saat itu, saya sama sekali tidak tahu berita kematian puteraku, Khalid. Tidak ada seorang pun yang berani memberitahunya kepadaku. Tiba – tiba, dengan roh orang mukmin yang bersih, engkau berkata kepadaku, “Saudaraku, Khalid, telah menghadap Tuhannya.”
Sekarang, wahai puteraku, engkau mendapatiku sama sekali tidak mampu memainkan peranan yang dulu engkau mainkan. Saya hanya berkata, semoga Allah memberikan pahala besar kepadamu. Kelmarin, roh ibumu menghadap Tuhannya, dalam keadaan redha kepadamu dan kepada Tuhannya. Wajahnya memancarkan cahaya dan kegembiraan. Segala sesuatu di sekelilingnya menjadi mudah dan Allah mengumpulkan orang – orang yang paling baik dan mulia. Orang ramai mengusung jenazah ibumu ke pemakaman Al – Qadhabah, tempat dikebumikannya Khalid, saudara kandungmu. Saya bayangkan ibumu dihasung para malaikat dan semua pengiring dikelilingi malaikat. Engkau hanya mendengar desah nafas yang zikir kepada Allah, hati yang tulus berdoa, dan akal fikiran bertasbih. Ketika tiba di tanah perkuburan, mereka semua berdiri bersaf – saf untuk menyembahyangkan dan mendoakan kebaikan orang yang dikuburkan itu. Sungguh beruntung ibumu yang mendapat semua itu. Beruntung juga orang yang mengenali ibumu. Engkau tidak perlu lagi bertanya tentang tetamu dan keluarga yang menziarah ibumu di kala sakit menjelang ajalnya.
Saya berharap engkau menjadi orang yang layak mendapatkan ujian seperti ini. Benar, kehilangan ibu itu kesedihan besar. Tetapi, kehilangan ibu seperti ibumu itu kesedihan yang jauh lebih besar. Kerena ibumu teladan tertinggi dalam kecerdikan dan kesetiaan. Tetapi, Allah Ta’ala berfirman kepada pemimpin umat manusia,
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). ” (Az – Zumar : 30).” m/s 322
Di antara kata – kata hikmah Ustaz Ahmad Al – Bas ialah,
“Yang harus menjadi titik ukur ialah hasil akhir, bukan permulaan. Seringkali urusan bermula dengan kesenangan dan kegembiraan. Namun, berakhir dengan kesedihan dan penderitaan. Begitu juga sebaliknya. Di antara contoh konkrik terpenting ialah perang Badar Al – Kubra. Perang Badar dimulai dengan keadaan lemah yang dialami kaum mukminin. Sebahagian daripada mereka enggan berperang. Mereka pergi berperang seakan – akan dipaksa menuju kematian dan tidak ingin bertemu pasukan musuh yang membawa senjata. Mereka memohon pertolongan daripada Allah dengan penuh kekhuatiran, mengantuk, ditimpa hujan, diserang dan dikepung musuh. Akhirnya semua itu kemenangan yang nyata. Mereka berhasil membunuh 70 tentera musuh dan menawan 70 tentera musuh, sebagai ujian yang baik baik orang – orang yang beriman. ” m/s 323
HAJI RUSLAN ALI AL – KHALID (ABU ALI)
(Penolong Kaum Papa, 1337 – 1404 H / 1919 – 1984 M)
Saya dekat dengan Haji Ruslan dan dia juga dekat denganku. Saya lihat pada dirinya sifat – sifat dan karakter, yang saya berharap seandainya sebahagian daripada dirinya sifat – sifat dan karakter itu, saya berharap seandainya sebahagian sifat dan karakter itu ada padaku. Dia memiliki tawakal yang tinggi kepada Allah, tidak menolak tangan orang yang meminta, dan tidak menunda upaya memenuhi keperluan muslimin. Suatu ketika, dia datang kepadaku dan minta mengesyorkan untuk meminta bantuan pejabat tinggi, agar memecahkan problematika orang – orang yang memerlukan pertolongan. Waktu itu, waktu kerja hampir tamat. Kerana itu, saya memintanya menunda esok hari. Dia jelaskan, permasalahannya tidak mungkin ditunda lagi dan penangguhan mengakibatkan bahaya lebih besar bagi mereka. Saya berkata kepadanya bahawa ketua pejabat bersikap keras dan kelmarin dia berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Saya khuatir bila saya menuliskan mengesyorkan untuknya sekarang, dia tidak menerimanya. Dia berkata, “Saya mohon anda menulisnya segera juga dan saya sendiri yang pergi menghadap kepadanya. Setelah itu, terserah kepada Allah mahu melakukan apa yang menjadi kehendak – Nya.” Saya kabulkan permohonannya dan menulis mengesyorkan untuknya. Lalu, dia membawanya dengan cepat dan menemui ketua pejabat itu sebelum keluar dari pejabatnya. Berkat doa Haji Ruslan, ketua pejabat itu mengabulkan semua permohonannya, tanpa pengecualian. Padahal, ini bukan kebiasaan sehari – harinya. Semua itu berkat kurniaan Allah yang diberikan kepada sesiapa yang dikehendakinya. m/s 349
Saya ingat pertemuanku di musim haji dengan Syaikh Ibrahim An – Nashir. Pada saat melempar jumrah, kami terpisah dari yang lain. Saat itu, Syaikh Ibrahim An – Nashir ditemani Haji Ruslan Al – Khalid, yang bertubuh tinggi, hingga dapat melihat orang – orang dari atas kepala mereka. Dia arahkan pandangan kepada jamaah haji yang melempar jumrah. Setelah itu, dia menoleh ke arah Syaikh Ibrahim An – Nashir, seraya berkata, “Tunggu di sini wahai Abu Abdul Aziz. Saya akan bawa teman anda, Abu Mushthafa, ke hadapanmu. Benar, tiba – tiba saja tangan Haji Ruslan memecah kerumunan orang. Dia pegang leherku ke tempat Syaikh Ibrahim An – Nashir. Akhirnya, kita bersama lagi, dengan gembira dan bahagia. Waktu itu, dengan nada bergurau kami berkata kepada Haji Ruslan, “Ini salah satu manfaat tubuhmu yang tinggi ditambah lagi kemurahan tanganmu dalam kebajikan, wahai Abu Ali.” m/s 350
Ustaz Abdullah Syabib, editor majalah Al – Balagh Kuwait, berkata tentang Haji Ruslan, “Haji Ruslan Al – Khalid berhijrah meninggalkan tanah airnya, demi meraih redha Allah. Masyarakat dan orang baik – baik di Kuwait mengenalnya sebagai menara kebaikan dan kebajikan. Dia lebih banyak hidup untuk orang lain, daripada untuk diri sendiri. Dia tidak tertarik menjadi kaya, bermegah –megahan dalam bangunan dan kemudahan mewah. Ketika meninggal dunia, saya mendapati pada buku catatannya senarai seratus keluarga miskin yang ditanggungnya.” m/s 351
Dr. Adil Hasun, yang berasal dari daerah yang sama dengan Haji Ruslan berkata tentang Haji Ruslan, “Haji Ruslan menghabiskan sebahagian penting usianya di tanah kelahirannya, Salmiyah, untuk berdakwah kepada Allah dan berjuang menentang mazhab Isma’iliyah Agha Khan, yang menyerangnya dan melemparinya dengan batu hingga berdarah. Saya lihat sendiri kumpulan yang melempar batu kepada Haji Ruslan, sehingga anda dapat membayangkan kiamat telah tiba. Dia tegar, yakin kepada Allah, sabar, dan berharap redha – Nya.”
Saya ingat Haji Ruslan pernah menghubungiku dan meminta bantuan agar saudara kandungku, Akh Yusuf Al – Aqil rahimahullah, melangsaikan hutang yang dipinjam seseorang yang tidak mampu. Saya bicara dengan saudaraku dan dia pun mengabulkan permintaan itu, kerana tahu sifat menjaga diri dan suka menolong pada diri Haji Ruslan. m/s 352
ABDULLAH SULTHAN AL – KULAIB
(Pejuang yang tidak Banyak Bicara, 1343 – 1400 H / 1925 – 1990 M)
ASY – SYAHID ABDUL QADIR AUDAH
(Hakim yang Syahid : 1324 – 1374 H / 1906 – 1954 M)
Ustaz Abdul Qadir Audah menjalankan aktiviti dakwah dan tanggung jawab menajerialnya di Jamaah Ikhwanul Muslimin, sampai dia mati syahid di tiang gantungan, tanggal 7 Disember 1954, suruhan sang tiran Jamal Abdun Nashir, yang sangat dendam kepada Ustaz Abdul Qadir Audah, kerana kedudukannya dan kekuatan peribadinya. Ustaz Abdul Qadir Audah dijatuhkan hukuman mati bersama sejumlah rakan syahidnya yang mulia : Muhammad Farghali, YusufThal’at, Ibrahim Ath – Thayyid, Mahmud Abdul Lathif, dan Hindawi Duwair. m/s 475
Ustaz Abdul Qadir Audah memiliki kedudukan khusus di hati orang – orang Ikhwan, mendapat kecintaan, kehormatan dan kemuliaan. Barangkali, saya orang yang paling menghormati dan memuliakannya. Dia menjadi saudaraku yang tercinta, teman paling tulus, dan orang Ikhwan paling dekat dengan hatiku, paling menarik kekaguman dan kecintaanku.
Ustaz Abdul Qadir Audah termasuk orang yang paling dicintai Ustaz Imam Asy – Syahid Hasan Al – Banna dan namanya sering disebut – sebut di depan kami dengan bangga. Ustaz Abdul Qadir Audah juga orang paling dekat dengan Ustaz Hasan Al – Hudhaibi, Mursyid ‘Am Kedua. Barangkali, Hasan Al – Hudhaibi yang mengisyaratkan Abdul Qadir meninggalkan pekerjaannya di kehakiman, agar dapat mendampinginya sebagai wakil Ikhwanul Muslimin.” m/s 477 – 478
Ketika penguasa menggiring Ustaz Abdul Qadir Audah bersama rakan – rakan syuhada lain, untuk menjatuhkan hukuman mati terhadap keenam Ikhwan. Hakim Asy – Syahid Abdul Qadir Audah maju ke tiang gantungan dengan berani dan mendekatkan diri kepada Allah dengan menerima takdir – Nya. Perkataan terakhir yang dia ucapkan sebelum pelaksanaan hukuman mati dan ruhnya menghadap Allah, “Darahku akan menjadi laknat atas pemimpin – pemimpin revolusi.”
Allah mengabulkan doa Abdul Qadir Audah dan darahnya menjadi laknat atas para penguasa. Tidak ada seorang pun di antara orang – orang zalim ini yang selamat dari keraguan Allah di dunia. Mereka mengalami tragedi secara barisan. Jamal Salim, ketua Mahkamah, menderita penyakit saraf. Saudara Jamal Salim, Shalah Salim, ginjalnya tidak berfungsi, hingga air kencingnya tertahan dan mati keracunan. Syamsu Badran dijatuhi hukuman seumur hidup. Konselor Abdul Hakim Amir mati bunuh diri atau diracun. Hamzah Basyuni terlanggar lori, hingga tubuhnya terkoyak dan bertaburan di atas tanah. Al – Askari Ghunaim ditemukan tewas di tengah kebun. Ash – Shaul Yasin diserang untanya dan tulang lehernya retak hingga mati. Dan masih banyak lagi pemimpin – pemimpin zalim dan khadam - khadam mereka yang menindas Ikhwanul Muslimin. Kita lihat Allah menunjukkan keajaiban kekuasaan – Nya terhadap mereka. Sedang pembesar mereka dan ketua kejahatan, Abdul Qadir Audah, maka seluruh kehidupannya dipenuhi ketakutan dan keresahan, baik dalam keadaan terjaga mahupun tidur. Bahkan, kuburnya digenangi aliran air. m/s 485
DR. MUSHTHAFA HUSNI AS – SIBA’I
(Ulama, Mujahid, dan Dai : 1915 – 1964 M)
Dalam hal ini, pendapatnya sama dengan pendapat Dr. Mushthafa Husni As – Siba’i, Muraqib ‘Am Ikhwanul Muslimin Suriah, di bukunya, Akhlaquna Al – ijtima’iyah. Dr. Mushthafa Husni As – Siba’i berkata, “Di penjara – penjara Mesir, ulama dipaksa membelah batu, mengenakan pakaian banduan, diperlakukan sangat keji dan hina, kerana mereka memahami ilmu itu jihad, nasihat, kesusahan, dan interaksi dengan Allah Ta’ala. Jika melihat kemungkaran, mereka mengingkarinya. Apabila bertemu orang jahil, mereka menasihatinya. Apabila diuji dengan ujian berbentuk penguasa zalim, mereka bangkit menghadapinya untuk mengembalikannya kepada kebenaran. Apabila berhadapan dengan orang – orang kaya, pemimpin, dan tokoh – tokoh parti yang menggunakan rakyat, mereka menghadapinya dengan kebenaran, yang dijadikan Allah sebagai amanah di leher ulama. Itulah kejahatan yang membuat mereka dimasukkan ke penjara, kaki dan tangan mereka dibelenggu dengan besi, dan digiring ke tambang batu, layaknya seperti pembunuh, pencuri, penjahat, dan perompak.
Lidah mereka tidak seperti lidah saudara – saudara mereka sendiri, para ulama pemburu dunia, yang dikawal penguasa zalim untuk menipu masyarakat atas nama agama. Mereka ini alat untuk membius rakyat, menghina ulama yang mepelopori kebaikan, memuliakan orang – orang fasik dan para pengamal rasuah.
Ulama yang mempelopori kebaikan ini, betapa sedikitnya jumlah mereka, hebatnya tribulasi dan permusnahan yang mengepung mereka, merupakan harapan utama kebangkitan, kemerdekaan, dan kebebasan umat.” m/s 408 – 409
ASY – SYAHID SAYYID QUTHB
(Sasterawan yang Syahid, 1324 – 1386 H / 1906 – 1966)
“Saudaraku, engkau merdeka, meski berada di balik jeriji penjara
saudaraku, engkau merdeka meski digari dan dibelenggu
bila berpegang pada Allah berpegang teguh
maka tipu daya musuh tidak membahayakanmu
wahai saudaraku, pasukan kegelapan akan binasa
dan fajar baru akan menyingsing di alam semesta
lepaskan kerinduan jiwamu
engkau akan melihat fajar dari jauh telah bersinar
saudaraku, engkau jangan sakit berjuang
engkau lemparkan senjata dari kedua lehermu
siapakah yang akan mengubati luka – luka pada korban
dan meninggikan kembali panji – panji jihad?” m/s 614